Monday, 19 July 2010

Gunung Bromo, No. 3 di Dunia sebagai Gunung Terbaik

Indonesia terbukti masih merupakan mutu manikam katulistiwa di Dunia. Gunung Bromo, gunung yang terletak di Probolinggo, Jawa Timur berhasil masuk tiga besar gunung terbaik di dunia bagi para pendaki. Pengakuan dunia itu memang tidak bisa dipungkiri. Karena, memang keindahan Bromo adalah karunia Pencipta yang indah luar biasa. Mungkin saja anda adalah salah satu masyarakat Indonesia yang paling menyesal, bila sampai akhir hayat belum pernah melihat keindahan fantastis Gunung Bromo.

Seperti dari situs www.lonelyplanet.com, Rabu (28/4/2010), Gunung Bromo bahkan mengungguli beberapa gunung terkenal di dunia lainnya seperti Gunung Fuji di Jepang, Gunung Sinai di Mesir dan Jabal Toubkal di Maroko.Berikut data tiga besar gunung di dunia yang layak untuk didaki seperti dimuat di situs yang berkantor pusat di Rusia tersebut Gunung Elbrus, Gunung Olympus di Yunani dan bromo.. Sementara 7 gunung lainnya yang masuk 10 besar gunung terbaik di dunia yang layak untuk didaki adalah Jebel Toubkal di Maroko, Gunung Matterhorn di Switzerland, Gunung Table di Afrika Selatan, Gunung Ben Nevis di Skotlandia, Gunung Sinai di Mesir, Gunung Fuji di Jepang, dan Gunung Half Dome di Amerika Serikat.

Gunung Elbrus, Rusia, merupakan bagian dari Pegunungan Alpen di Eropa. Gunung ini merupakan salah satu gunung tertinggi di Eropa yang memiliki ketinggian 5.642 meter. Terindah kedua adalah Gunung Olympus, Yunani. Gunung ini dikenal sebagai tempat para dewa bersemayam. Ini adalah gunung tertinggi di Yunani dengan ketinggian mencapai 2.918 meter.

Gunung Bromo, Indonesia

Gunung Bromo nan eksotik muncul dari lembah Pegunungan Tengger. Bromo adalah salah satu dari tiga puncak gunung berapi di Jawa Timur. Gunung Bromo memiliki ketinggian 2.392 meter.

Gunung Bromo (dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuna: Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.

Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.

Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.

Rute termudah dan paling populer untuk melakukan pendakian di Bromo adalah dari Cemoro Lawang yang bisa diakses dari Kota Probolinggo. Untuk mencapai puncak Bromo, harus melewati kawah pasir terlebih dahulu. Cukup melakukan pendakian selama satu jam saja, Anda sudah bisa mencapai puncak Bromo.

Dari puncak Bromo, Anda bisa menikmati pemandangan indah, seperti kawah panas dan Gunung Semeru yang masih dalam satu rangkaian dengan Gunung Bromo. Seperti gunung-gunung di seluruh dunia pada umumnya, waktu yang paling disukai untuk mencapai puncak Bromo adalah saat matahari terbit.

Sunan Gunung Djati-Tengger merupakan komunitas masyarakat yang mayoritas beragama Hindu. Hindu sudah datang ke wilayah ini jauh sebelum Islam datang. Sehingga tidak benar kalau komunitas Hindu Tengger merupakan pelarian dari kerajaan Demak yang ditundukan Islam.

Sampai tahun 2007 jumlah penganut Hindu di sini mencapai 99%. Mereka menyembah dewa Brahma yang sering disebut penduduk dengan dewa Brohmo yang menjadi nama gunung di wilayah ini.

Pelukis manapun takkan bisa menyaingi kesempurnaan alam yang ada di sana. Untuk menuju kawah bromo sebelumnya harus melewati lautan pasir yang diselimuti udara dingin. Lautan pasir yang terbentang mengelilingi gunung bromo dan gunung batok sangat unik dan cantik. Jarak lautan pasir dari tempat pemberhentian jip ke pura yang di tuju sekitar 300 meter.

Sebuah pura artistic terletak di kaki kawah bromo menambah suasana religious semakin terasa. Pura itu memiliki dua gerbang. Gerbang pertama terletak dibagian terluar dengan bentuk khas pura pada umumnya. Bentuk gerbang ini banyak juga saya temukan di depan pemukiman penduduk Tengger. Selanjutnya menuju gerbang ke dua yang terdiri dari 3 gerbang dengan bentuk seperti candi. Gerbang ini berpintu merah dan kuning. Gerbang yang paling besar terletak ditengah. Saya pikir kami akan melewati gerbang tersebut. Ternyata sang pemangku mengajak melewati jalan masuk lain yang terdapat disebelah kanan ketiga gerbang tersebut. Mungkin gerbang ini dipakai dalam ritual yang resmi.

Ketika memasuki pura terlebih dahulu di perciki air suci oleh pemangku agar fikiran menjadi bersih. Setelah sebelumnya harus ditanyakan apakah ada yang ditinggalkan wafat keluarga baru-baru ini dan tidak sedang haid? Karena orang dengan kedua kondisi tersebut, tidak diizinkan memasuki pura lebih dalam lagi. Di dalam pura pemangku memandu doa di depan sesajen yang disimpan dalam sebuah tempat seperti miniatur rumah (saung kecil). Saung kecil tersebut dihias kain kuning dikeempat sisinya. Sesajian buah pisang segar, dupa serta kemenyan dan berbagai peralatan ritual lainnya di tata di depan saung tersebut.

Tepat 5 meter di depan saung sesaji tadi ada tempat seperti altar yang diapit dua patung. Entah itu patung apa namun seperti nya itu patung seorang dewi. Jalan ditengah menjuju altar terdapat tangga yang berjumlah 8 buah. Tangga tersebut memiliki pegangan patung naga yang sangat panjang. Tubuh naga ini mengelilingi seluruh altar yang mirip panggung pentas. Tidak bisa memasukinya karena dipagari bamboo. Beberapa patung juga menghiasi bagian dalam pura. Setelah ritual di pura selesai, langkah yang dituju adalah kawah bromo dengan menaiki kuda. Dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai di tangga menuju kawah Bromo. Kuda yang dinaiki berjalan dengan pelan karena dituntun pemiliknya. Jalan yang dilalui sangat mendaki dan bergelombang. Jalan mendaki dengan bukit pasir agak menyulitkan buat yang tidak terbiasa menaiki kuda. Tapi semangat untuk dapat sampai ke kawah Bromo mengatasi hal ini. Setelah turun dari kuda, harus menaiki 253 tangga menuju puncak Bromo. Waktu yang diperlukan sekitar 10 menit.

Sesampainya di kawah Bromo, tampak pemandangan yang mirip dengan fenomena alam gunung tangkuban parahu. Yaitu kawah yang menghasilkan asap karena aktifitas gunung berapi. Hanya bedanya kawah Bromo lebih sempit dan terfokus di satu titik, tidak seperti tangkuban parahu. Di puncak gunung Bromo ini lukisan alam begitu menakjubkan kami saksikan. Pura terlihat kecil dan persegi panjang. Di sebelah kiri gunung Bromo, gunung Batok berdiri dengan gagahnya. Suhu yang dingin membuat betah berlama-lama menyaksikan pemandangan yang luar biasa ini. Suhu Bromo tidak sedingin tangkuban parahu hanya terasa dingin sejuk.

Kawasan wisata Gunung Bromo yang meliputi wilayah Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, ditutup total sepanjang Hari Raya Nyepi. Kepala Desa Wonokitri, Wartono yang ditemui, saat hari raya Nyepi, mulai pukul 00.00 dini hari, pintu gerbang Desa Wonokitri yang juga merupakan pintu gerbang kawasan wisata Gunung Bromo lewat Kabupaten Pasuruan akan ditutup total. Tindakan itu dilakukan agar umat Hindu suku Tengger di kawasan Gunung Bromo bisa melaksanakan Yoga Samadhi Hari Suci Nyepi dengan baik

Sejarah letusan

Selama abad ke-20, gunung yang terkenal sebagai tempat wisata itu meletus sebanyak tiga kali, dengan interval waktu yang teratur, yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi 1974, sedangkan letusan terakhir terjadi pada 2004.

Sejarah letusan Bromo: 2004, 2001, 1995, 1984, 1983, 1980, 1972, 1956, 1955, 1950, 1948, 1040, 1939, 1935, 1930, 1929, 1928, 1922, 1921, 1915, 1916, 1910, 1909, 1907, 1908, 1907, 1906, 1907, 1896, 1893, 1890, 1888, 1886, 1887, 1886, 1885, 1886, 1885, 1877, 1867, 1868, 1866, 1865, 1865, 1860, 1859, 1858, 1858, 1857, 1856, 1844, 1843, 1843, 1835, 1830, 1830, 1829, 1825, 1822, 1823, 1820, 1815, 1804, 1775, dan 1767.

Bromo sedang aktif di awal abad ke-20.

Bromo sebagai gunung suci

Bagi penduduk Bromo, suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa

The Fantastic Bromo Mountain

sumber : http://korananakindonesia.wordpress.com/2010/07/03/bromo-gunung-terbaik-di-dunia-wisata-alam-yang-luar-biasa-indah/

No comments:

Post a Comment